warkoptoto3 login

k. rajagopal - Perlukah Kereta Cepat Dilanjut Sampai Surabaya, Apa Untungnya?

2024-10-07 21:49:28

k. rajagopal,kalender togel abadi,k. rajagopalJakarta, CNN Indonesia--

Jika Raden Ajeng Kartini punya warisan berupa buku kumpulan surat berjudul "Habis Gelap Terbitlah Terang", PresidenJoko Widodotampak ingin menutup 10 tahun kepemimpinannya dengan 'Habis WhooshTerbitlah Kereta CepatJakarta-Surabaya'.

Kekuasaan Jokowi tamat pada Oktober 2024 mendatang. Dalam hitungan bulan jelang perpisahannya dengan 280 juta penduduk Indonesia, ada proyek yang ingin dikebut kepastiannya.

Melalui tangan kanannya, Luhut Binsar Pandjaitan alias LBP, Presiden Jokowi terlihat serius dengan megaproyek ini. Niat besar tersebut boleh jadi tak lepas dari klaim keberhasilan Kereta Cepat Jakarta-Bandung alias Whoosh yang beroperasi komersial sejak 17 Oktober 2023.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

LBP memamerkan keberhasilan Whoosh yang disebut sanggup mengangkut rata-rata 15 ribu penumpang per hari dalam tiga bulan terakhir. Bahkan, pada puncak arus mudik lebaran 2024 penumpang Whoosh tembus 21.422 orang atau naik 34 persen.

"Oleh karena itu, saya harap Pemerintah Tiongkok, China Development Bank (CDB), dan China Railway terus memberikan atensi prioritas dan dukungan finansial, serta pengalihan teknologi pengoperasian KCJB," tegas Luhut dalam keterangan resmi, Jumat (19/4).

"Kami mengusulkan pembentukan joint task forceuntuk percepatan proyek (Kereta Cepat Jakarta-Surabaya)," tambahnya.

Dua hari setelahnya, 'Opung Luhut' merilis video pernyataan di Instagram pribadinya. Ia menegaskan Indonesia-China sepakat membentuk tim percepatan proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya.

Lihat Juga :
RI-China Segera Bentuk Tim Garap Kereta Cepat Jakarta-Surabaya

Memang, seberapa penting Kereta Cepat Jakarta-Surabaya dibangun?

Ketua Forum Transportasi Angkutan Jalan dan Kereta Api Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Aditya Dwi Laksana menyambut keseriusan pemerintah merealisasikan proyek ini. Menurutnya, kereta cepat sedari awal memang lebih cocok untuk jarak 250 km-800 km dan menghubungkan dua kota perekonomian utama, seperti Jakarta-Surabaya.

"Namun demikian, rencana perpanjangan konstruksi dan operasional kereta cepat dari Bandung ke Surabaya tidak harus dilakukan secara tergesa dan serba instan," ucap Aditya kepada CNNIndonesia.com, Senin (22/4).

"Melainkan harus dengan kajian yang matang dan komprehensif, terutama untuk faktor kajian potensi permintaan masyarakat alias demand serta kajian finansial dan pembiayaan," pesannya kepada pemerintah.

Aditya berkaca dengan manuver Jokowi Cs dalam menggarap Whoosh. Ia berpesan agar sederet masalah dalam pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung jangan sampai terulang.

Lihat Juga :
Jokowi Minta China Kebut Studi Kelayakan Kereta Cepat ke Surabaya

Ia menilai Whoosh digarap dengan kurang matang. Ada kajian yang kurang komprehensif serta pelaksanaan yang bersifat kejar tayang dan mesti dihindari dalam pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Surabaya.

"Karena hal ini berpotensi menimbulkan dampak, baik berupa finansial, seperti pembengkakan biaya yang signifikan dan kelayakan bisnis. Juga dampak teknis, seperti pengerjaan konstruksi (Whoosh) yang sempat berdampak pada faktor lingkungan dan keselamatan, seperti banjir di tol dan terbakarnya pipa bahan bakar minyak (BBM)," wanti-wanti Aditya.

MTI menyodorkan beberapa ceklis sebelum negara kembali menggandeng China untuk memulai proyek lanjutan kereta cepat. Mulai dari mengecek prasyarat kondisi, seperti pendapatan per kapita masyarakat, jumlah penduduk, kebutuhan mobilitas masyarakat, serta harmonisasi dengan prasarana angkutan yang ada.

Lalu, Aditya menyebut perlu ada kajian mengenai seberapa besar manfaat perekonomian dari keberadaan kereta cepat ini. Salah satu aspek krusial yang kudu diukur adalah peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan kawasan perekonomian baru di koridor Jakarta-Surabaya.

"Harmonisasi dengan infrastruktur dan moda transportasi itu yang krusial. Tidak hanya dengan kereta api jarak jauh, tetapi pemerintah sudah harus punya kebijakan yang jelas agar tidak terjadi disoptimalisasi moda," ungkap Aditya.

Lihat Juga :
Heboh Gerbong Kereta Cepat Whoosh Bocor, Berikut Penjelasan KCIC

"Sebagai contoh, pembangunan jalan tol diintensifkan, pembangunan atau revitalisasi bandara baru di Pulau Jawa juga terus ditambah, nah bagaimana dengan peran pemosisian kereta cepat ini? Itu yang harus dikaji dengan baik," tegasnya.

Ia paham pemerintah punya harapan mengejar peningkatan mobilitas masyarakat. Aditya juga mengerti kehadiran transportasi super ngebut ini akan mengefisienkan waktu penumpang, dibanding naik KAJJ eksisting.

Di lain sisi, ada asa pertumbuhan ekonomi bisa terdongkrak. Begitu pula dengan upaya pembukaan kawasan ekonomi baru di sepanjang koridor rute kereta cepat.

Serupa, Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (INSTRAN) Deddy Herlambang menilai kereta cepat lebih pas dibangun dengan rute ini, bukan Jakarta-Bandung. Deddy menilai jarak 147 km dari Stasiun Halim ke Stasiun Tegalluar tidak efektif.

"Kalau jarak pendek malah justru rugi, harga sarana KA cepat itu sangat mahal kalau hanya melayani 147 km. Baiknya, bisa melayani hingga 800 km, malah rugi bila melayani jarak pendek," komentarnya.

Lihat Juga :
KCIC Bantah Kereta Cepat Whoosh Bocor Air di dalam Gerbong

Deddy meyakini proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, jika terealiasi, pasti menguntungkan. Setidaknya cuan akan diperoleh Indonesia setelah 30 tahun lebih moda tersebut eksis.

Ia menjabarkan hitung-hitungan mengapa rute Jakarta-Surabaya tepat untuk transportasi super ngebut ini.

Pertama, KA cepat tidak cocok untuk jarak 400 km-500 km karena akan mengganggu eksistensi bus antar kota antar provinsi (AKAP). Deddy menyebut bus AKAP merajai jangkauan tersebut, seperti rute Jakarta-Semarang, Jakarta-Yogyakarta, atau Jakarta-Solo.

Kedua, Deddy menilai ada moda transportasi lain ketimbang bus AKAP untuk jarak di atas 600 km. Menurutnya, masyarakat akan cenderung memilih pesawat udara dalam rentang di atas 600 km.

"Mengapa minimal 800 km (untuk kereta cepat)? Karena kita juga harus kurangi trafficperjalanan udara yang sangat padat saat ini antara Jakarta-Surabaya," jelas Deddy.

"Untuk (perkiraan) biaya saya belum paham karena ada biaya politis. Seharusnya kini biaya per km-nya (pembangunan proyek) lebih murah karena kita hanya bangun infrastruktur saja, sarananya kita sudah punya," tambahnya.

Akan tetapi, Pengamat Transportasi Muslich Zainal Asikin punya pandangan berbeda. Ia melihat upaya pembangunan megaproyek ini malah berpotensi lebih banyak menimbulkan mudarat.

Muslich menegaskan Kereta Cepat Jakarta-Surabaya tidak perlu digarap dalam waktu dekat. Ia menekankan tak ada alasan yang cukup kuat untuk memuluskan proyek tersebut.

"Tidak perlu digarap karena perencanaan yang benar juga belum dibuat. Perlu kajian yang sangat rasional, tidak sekadar keinginan penguasa yang emosional. Harus berdasar pendapat para engineer dan ahli agar 'musibah Whoosh' tidak berulang," kata Muslich.

"Secara etika, pemerintahan era Jokowi mestinya tidak mengambil keputusan strategis yang tak perlu dan menimbulkan beban serta tugas. Kurang etis untuk era presiden berikutnya," pesannya kepada Jokowi Cs.

Lihat Juga :
Daftar Harga Pangan Naik: Bawang Merah Makin Bikin 'Nangis'

Berkaca dari Whoosh, Muslich menilai kereta cepat pertama milik Indonesia itu gagal di segala aspek. Bobrok Whoosh terlihat dari perencanaan, aspek finansial, tak direspons dengan baik oleh masyarakat, serta tidak menyelesaikan problem mobilitas Jakarta-Bandung.

Ia berpendapat ada pengalaman buruk yang ditinggalkan China dalam megaproyek Whoosh. Menurutnya, penyakit itu bisa kembali menjangkiti perpanjangan trase ke Surabaya.

"Potensi kendalanya luar biasa karena bisa menjadi proyek mangkrak dan menjadi 'proyek cacat investasi', apalagi kalau investornya asing, seperti China. Dalam kasus Whoosh, pengalaman dengan investor China bukan pengalaman yang baik. Di samping beban bunga yang sangat tinggi dibanding investor Jepang, ada kendala cedera janji investor China," tuturnya.

"Kerugiannya sangat banyak. Akan menimbulkan beban fiskal dan beban perekonomian Indonesia, dikaitkan dengan beban utang negara, defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang pasti akan membesar, dan kondisi ekonomi Indonesia yang tidak baik-baik saja," sambung Muslich.

[Gambas:Photo CNN]

Ketimbang menggarap perpanjangan rute ke Surabaya, Muslich menyodorkan opsi lain. Ia memandang Presiden Jokowi lebih bijak jika sudi mereaktivasi jalur-jalur kereta api lama peninggalan Hindia Belanda.

Ia menyebut masih ada ratusan kilometer jalur warisan yang sangat diperlukan untuk meningkatkan mobilitas masyarakat. Muslich juga menyinggung soal sengkarut perlintasan sebidang yang tak kunjung usai.

"Ada prioritas-prioritas pembangunan transportasi kereta api yang harus didahulukan, antara lain penghapusan pertemuan sebidang jalan kereta dan jalan raya serta reaktivasi rel atau jalur kereta yang sudah ada dengan panjang ratusan km," jelas Muslich.

"Masih banyak (pekerjaan rumah) penataan, perbaikan, serta optimalisasi jalur dan rute kereta api yang sudah ada sehingga pelayanannya (bisa) lebih baik. Urgensi untuk menghilangkan seluruh pertemuan sebidang antara rel kereta dengan jalan raya yang setiap tahun mengakibatkan kecelakaan terus-menerus terjadi dan (pemerintah) cenderung mengabaikan masalah keselamatan," tandasnya.

CNNIndonesia.com juga berupaya menghubungi Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Risal Wasal untuk meminta komentar terkait urgensi megaproyek ini. Akan tetapi, yang bersangkutan belum memberikan tanggapan hingga tulisan ini tayang.

[Gambas:Video CNN]