Jakarta, CNBC Indonesia - Hidup menjadi lebih baik dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan tentu keinginan semua orang. Sebagai wujud pernyataan iman kepada Tuhan-nya. Meski, bukanlah hal yang mudah dijalankan.

Menyerahkan diri secara total membutuhkan komitmen sepenuhnya. Hal inilah yang dilakukan pastor, biarawan dalam gereja Katolik.

Seorang Pastor Katolik harus melalui proses, tak hanya pendidikan formal tetapi juga serangkaian kewajiban dalam kehidupan membiara. Selanjutnya, pada saat dia terpilih menjadi Pastor, juga harus mengucapkan janji/kaul sebagai dasar dalam karya keselamatan Tuhan.

Dikutip dari Gereja Katolik Paroki Santo Marinus Yohanes, kaul adalah janji yang diucapkan oleh seorang anggota religius (Suster, Frater, Bruder, Imam, dan semua pelayan Gereja Katolik yang terlibat dalam hidup membiara termasuk pastor) di hadapan Allah.

Janji itu sudah dipertimbangkan secara bebas oleh pribadi untuk diucapkan seseorang kepada Allah dan dengan sepenuh hati ingin memenuhi janji itu dengan keutamaan yang ada dalam dirinya.

Penyerahan diri kepada Tuhan, diwujudkan melalui tiga kaul yang diikrarkan oleh setiap anggota religius, yakni kaul kemurnian, kaul ketaatan, dan kaul kemiskinan.

Kaul kemurnian merupakan bentuk kasih dan cinta kita kepada Tuhan sehingga kita memutuskan untuk tidak membagi cinta tersebut dengan menikah atau pun membangun keluarga.

Anggota religius harus menghindari perintah Allah ke-6 (jangan berzinah) dan ke-9 (jangan mengingini istri sesamamu) sehingga dengan kata lain, umat harus menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan.

Selanjutnya yaitu kaul ketaatan yang menunjukkan bahwa anggota religius berjanji kepada Allah untuk taat kepada pimpinan yang sah dalam segala sesuatu yang diperintahkan demi peraturan.

Dengan kaul ketaatan kita hanya ingin menaati kehendak Tuhan karena kehendak Tuhan kita yakini sebagai yang paling utama dan paling baik, sedangkan kehendak kita tidak. Memang kita boleh mempunyai kehendak sendiri, tetapi jika dihadapkan dengan kehendak Tuhan, kehendak Tuhanlah yang kita utamakan dan kita lakukan, bukan kehendak kita.

Selain itu, otoritas dan peraturan yang diberikan oleh Gereja termasuk kepada pimpinan kongregasi dan di dalamnya ketentuan peraturan serta nasihat para pimpinan menjadi hal yang patut diikuti seiring dengan tunduk kepada kehendak Tuhan sampai mati.

Terakhir yaitu kaul kemiskinan. Kaul ini berfokus pada pelepasan sukarela hak atas milik atau menggunakan milik tersebut dengan maksud untuk menyenangkan Allah.

Kemiskinan adalah keutamaan injili yang mendorong hati untuk melepaskan diri dari barang-barang fana.

Dengan kaul kemiskinan, kita menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya hal yang memiliki nilai tertinggi dalam hidup kita, sementara yang lainnya dianggap tidak penting. Ini menyebabkan kita mengadopsi sikap melepaskan diri dari barang-barang, fasilitas, bahkan hubungan dengan orang lain, dan kita tidak ingin terikat pada kekayaan materi maupun hubungan personal.

Kaul kemiskinan mengandung spirit hidup sederhana. Pelepasan sukarela hak atas milik atau penggunaan milik tersebut dengan maksud untuk menyenangkan Allah. Semua harta milik dan barang-barang anggota religius harus menjadi milik kongregasi, termasuk semua hadiah yang diterima dari siapapun.

Kita mau hidup dengan tidak melekat pada hal-hal yang memberikan jaminan kepastian tetapi mempercayakan diri kepada Allah yang mengetahui apa yang kita butuhkan.

Dilansir dari Kongregasi Suster-Suster Jesus Maria Joseph, kaul kemiskinan juga mengajak kita untuk menghargai, memelihara, dan melindungi alam semesta beserta segala isinya. Kita berjuang melawan kemiskinan dan ketidakadilan, melawan tekanan keinginan untuk selalu memiliki lebih banyak, dan dalam segalanya, kita berkomitmen untuk hidup dalam kesederhanaan.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]