warkoptoto3 login

alpha slot 88 - Cerita Pencarian Alien di 1.000 Galaksi Pakai Frekuensi Radio

2024-10-09 22:06:49

alpha slot 88,erek2 38,alpha slot 88Jakarta, CNN Indonesia--

Gagasan mengenai keberadaan aliensejak lama memicu kontroversi. Sebagian orang tidak percaya dengan keberadaan alien, tapi juga tidak sedikit yang memercayai makhluk ekstraterrestrial tersebut.

Bahkan, ada juga orang-orang yang sejak lama 'berburu' keberadaan alien dengan berbagai metode. Salah satunya adalah menggunakan frekuensi radio yang dilakukan oleh Chenoa Tremblay dan Steven Tingay.

Chenoa merupakan peneliti dari Search for Extraterrestrial Intelligence (SETI) yang berbasis di California. Sementara, Tingray adalah direktur Murchison Widefield Array (MWA) dari Universitas Curtin, Australia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Faktanya, frekuensi rendah adalah wilayah yang relatif belum pernah dijelajahi oleh SETI.

Pada pencarian kali ini, keduanya fokus pada bidang pandang 30 derajat di rasi Vela, The Sails, yang mencakup 2.880 galaksi. Namun, karena redshift, atau gejala ketika frekuensi cahaya yang diamati lebih rendah daripada frekuensi aslinya dan juga masalah jarak, sebanyak 1.317 galaksi ini telah diukur dengan akurasi yang tinggi.

Hal tersebut membuat Chenoa dan Tingay menargetkan galaksi-galaksi ini secara khusus. Dengan mengetahui jarak galaksi-galaksi tersebut, keduanya bisa membatasi kekuatan pemancar di galaksi-galaksi tersebut.

Meskipun pencarian awal mereka gagal mendeteksi sinyal dari luar angkasa, Chenoa dan Tingay berkesimpulan bahwa mereka akan mampu mendeteksi sinyal dengan daya pemancar 7 x 10^22 watt pada frekuensi 100MHz.

Lihat Juga :
NASA Akui 'Alien' Bisa Bertahan Dekat Permukaan Europa dan Enceladus

"Pekerjaan ini merupakan langkah maju yang signifikan dalam upaya kami untuk mendeteksi sinyal dari peradaban luar angkasa yang maju," kata Chenoa dalam sebuah pernyataan, mengutip Space, Jumat (30/8).

"Bidang pandang yang luas dan jangkauan frekuensi rendah dari MWA menjadikannya alat yang ideal untuk penelitian semacam ini, dan batasan yang kami tetapkan akan memandu penelitian di masa depan," lanjut dia.

Selama 64 tahun sejarahnya, SETI berfokus pada bintang-bintang di galaksi Bima Sakti. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, jangkauannya mulai meluas.

Misalnya, pada tahun 2015, proyek Glimpsing Heat from Alien Technologies (G-HAT) mengamati 100.000 galaksi dengan Wide-field Infrared Survey Telescope (WISE) milik NASA untuk mencari peradaban yang mungkin telah membangun "kawanan Dyson" di sekeliling bintang-bintang di galaksi masing-masing. Namun, pengamatan tersebut juga tidak menemukan apapun.

Lihat Juga :
Air Ditemukan di Planet Luar Tata Surya, Suhunya 427 Derajat C

Kemudian, pada tahun 2023, sebuah tim yang dipimpin oleh Yuri Uno dari National Chung Hsing University di Taiwan menyatakan bahwa tidak mungkin ada lebih dari satu peradaban dalam jarak tiga miliar tahun cahaya dari kita yang mengarahkan pemancar radio dengan kekuatan di atas 7,7 x 10^26 watt ke Bima Sakti.

Pada tahun yang sama, Michael Garrett dari Jodrell Bank Center for Astrophysics dan Andrew Siemion dari Breakthrough Listen melakukan pencarian galaksi latar belakang untuk membatasi daya maksimum yang dapat dideteksi, dan menemukan kisaran daya sekitar 10 x 10^23 watt hingga 10 x 10^26 watt.

Daya maksimum yang tepat untuk sinyal potensial akan bergantung pada jarak ke galaksi tempat sinyal itu berasal.

Terakhir, Carmen Choza dari SETI Institute memimpin sebuah tim yang baru-baru ini melakukan pencarian 97 galaksi yang ditargetkan dengan menggunakan Teleskop Green Bank, tapi lagi-lagi tidak menemukan apapun.

Untuk mencapai kekuatan pemancar ini, alien berteknologi harus memanfaatkan kekuatan sebuah bintang, atau bahkan beberapa bintang.

Pada tahun 1964, astronom Soviet, Nikolai Kardashev, mengembangkan skala klasifikasi untuk peradaban luar angkasa berdasarkan berapa banyak energi yang mereka miliki. Peradaban tipe 1 akan memanfaatkan semua energi yang tersedia di satu planet, yang secara umum berkisar antara 10^16 watt atau lebih besar.

Peradaban tipe 2 akan mampu memanfaatkan kekuatan seluruh bintang, yang akan menjadi 10^26 watt untuk bintang yang mirip matahari. Dan peradaban tipe 3 akan mampu memanfaatkan seluruh daya yang dihasilkan oleh setiap bintang di galaksinya, yaitu sekitar 10^36 watt.

Menjalankan frekuensi raido antar galaksi juga tidak murah, mungkin saja ada radar yang dimatikan untuk menghemat daya saat melihatnya. Atau, mungkin saja mereka diarahkan ke galaksi lain.

Pilihan Redaksi
  • Cara-cara Berburu Alien yang Benar ala Pakar, Tanpa Settingan
  • Tugu Logam Misterius Mendadak Muncul di Gurun Nevada
  • NASA Temukan Bukti Air Pernah Genangi Asteroid

Mungkin peradaban Kardashev tipe 2 dan 3 sangat langka, artinya kita tidak akan melihat pemancar dengan kekuatan seperti itu. Jadi, sesuai dengan keterbatasan yang ada, suar radio mungkin ada di luar sana tapi beroperasi dengan kekuatan yang lebih kecil dari kemampuan kita untuk mendeteksinya. Selain itu, survei baru ini beroperasi pada frekuensi rendah - tetapi pemancar pada frekuensi yang lebih tinggi tidak dapat dikesampingkan.

Tremblay dan Tingay menunjukkan bahwa beberapa pemancar radio yang kuat di Bumi, serta beberapa transmisi awal kita, berada pada frekuensi rendah - sehingga membenarkan pencarian dalam rentang ini. Ditambah lagi, dengan semakin langkanya pencarian SETI pada frekuensi rendah ini, selalu ada peluang untuk menemukan sesuatu yang tidak terduga. Agar pencarian SETI berhasil, pencarian radio harus mencakup banyak frekuensi untuk memastikan bahwa kita tidak melewatkan sinyal yang sulit dipahami.

"Terus bekerja sama untuk menjangkau area frekuensi akan sangat penting di masa depan," demikian kesimpulan Tremblay dan Tingay dalam makalah mereka.

Sesuai dengan keterbatasan yang ada, sinyal radio mungkin ada di luar sana tapi beroperasi dengan kekuatan yang lebih kecil dari kemampuan untuk mendeteksinya. Selain itu, pencarian baru ini beroperasi pada frekuensi rendah, tetapi pemancar pada frekuensi yang lebih tinggi tidak dapat dikesampingkan.

Tremblay dan Tingay menunjukkan bahwa beberapa pemancar radio yang kuat di Bumi, serta beberapa transmisi awal berada pada frekuensi rendah, sehingga membenarkan pencarian dalam rentang ini.

Ditambah lagi, dengan semakin langkanya pencarian SETI pada frekuensi rendah ini, selalu ada peluang untuk menemukan sesuatu yang tidak terduga. Agar pencarian SETI berhasil, pencarian radio harus mencakup banyak frekuensi untuk memastikan bahwa kita tidak melewatkan sinyal yang sulit dipahami.

"Terus bekerja sama untuk menjangkau area frekuensi akan sangat penting di masa depan," demikian kesimpulan Chenoa dan Tingay dalam makalah mereka.

(tim/dmi)