Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) menyebut pertempuran di Rafah dan Jalur Gazabagian selatan terus berlanjut meskipun militer Israel mengumumkan pemberhentian aktivitas.

Jeda aktivitas militer ini diklaim Israel demi memfasilitasi kiriman bantuan kemanusiaan ke Palestina.

Kepala UNRWA Philippe Lazzarini mengatakan bahwa pertempuran tidak pernah berhenti. Pihaknya memang menerima pemberitahuan dari militer Israel bahwa akan ada jeda, tetapi sikap itu segera ditentang oleh pihak pemerintah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi untuk saat ini, saya dapat memberitahu Anda bahwa pertempuran terus berlanjut di Rafah dan di selatan Gaza. Dan secara operasional, belum ada yang berubah," ia menegaskan.

Sementara itu, warga Palestina mengatakan pasukan Israel maju lebih jauh ke wilayah tengah dan barat Rafah pada Senin. Pergerakan ini diiringi tembakan keras via darat maupun udara.

Kelompok-kelompok milisi Palestina, yang dipimpin oleh Hamas, bertempur dari jarak dekat di dalam kamp Al-Shaboura, di jantung Rafah. Hal ini berdasarkan pengakuan pihak milisi maupun warga.

Warga Palestina di Rafah juga melaporkan mendengar suara ledakan dan tembakan tanpa henti.

Sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengecam rencana penerapan "jeda aktivitas militer" harian di Jalur Gaza bagian selatan demi memfasilitasi kiriman bantuan kemanusiaan.

Lihat Juga : Pemerintah Palestina Terancam Kolaps Tahun ini

Pemberhentian aktivitas militer ini rencananya dimulai pukul 08.00 sampai 19.00 tiap hari di sepanjang jalan yang mengarah dari penyeberangan Kerem Shalom ke Jalan Salah al-Din hingga ke utara.

"Ketika perdana menteri mendengar laporan tentang jeda kemanusiaan selama 11 jam di pagi hari, ia berpaling kepada sekretaris militernya dan menjelaskan bahwa hal ini tidak dapat diterima olehnya," kata seorang pejabat Israel, mengutip Reuters, Minggu (16/6).

Militer mengklarifikasi operasi normal akan terus berlanjut di Rafah, fokus utama operasinya di Gaza selatan. Sehari sebelumnya, delapan tentara Israel terbunuh di lokasi tersebut.

Perselisihan antara Netanyahu dan militer tersebut merupakan yang terbaru dari serangkaian perseteruan antara anggota koalisi dan militer terkait agresi Israel ke Palestina.

Hal ini terjadi seminggu setelah mantan jenderal Benny Gantz keluar dari pemerintahan, dan menuduh Netanyahu tidak memiliki strategi yang efektif di Gaza.

Meski desakan gencatan senjata semakin deras dari kalangan internasional, kesepakatan untuk menghentikan pertempuran tampaknya belum akan terealisasi.

Agresi Israel ini sudah berlangsung selama lebih dari delapan bulan sejak serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober lalu.

Serangan tersebut menewaskan sekitar 1.200 warga Israel dan warga asing. Sementara, agresi Israel telah menewaskan lebih dari 37.000 warga Palestina sampai dengan hari ini.