warkoptoto3 login

situs nobar bola online - Mesir Geram, Tak Terima Disalahkan Israel karena Tutup Rafah

2024-10-08 06:08:32

situs nobar bola online,ekings indonesia,situs nobar bola onlineJakarta, CNN Indonesia--

Pemerintah Mesir marah usai disalahkan Israelkarena menutup perbatasan Rafah di Jalur Gaza, Palestina.

Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry mengatakan keputusan Kairo untuk menutup perbatasan dengan Palestina itu lantaran serangan Israel yang diluncurkan ke kota selatan Gaza tersebut.

Lihat Juga :
Terancam, Israel Diam-diam Minta Palestina Urus Penyeberangan Rafah

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Shoukry tak terima karena Israel justru seakan menyalahkan Mesir karena telah menyebabkan krisis kemanusiaan di Jalur Gaza gegara menutup perbatasan Rafah.

Ia lantas mendesak pemerintah Zionis untuk menjalankan kewajibannya sebagai kekuatan pendudukan. Ia juga meminta pemerintah Israel agar memastikan pengiriman bantuan memasuki Gaza dengan aman.

Pernyataan Shoukry ini muncul setelah Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, menyerukan Mesir untuk membuka kembali perbatasan Rafah agar bantuan kemanusiaan bisa kembali memasuki Gaza.

Lihat Juga :
Pakar Ungkap Tujuan PM India Narendra Modi Terus Hina Umat Islam

Dalam unggahan di X (Twitter), Katz mengaku telah bicara dengan Menlu Inggris David Cameron dan Menlu Jerman Alma Baerbock mengenai kebutuhan "untuk membujuk Mesir membuka kembali Rafah guna memungkinkan pengiriman bantuan kemanusiaan internasional yang berkelanjutan ke Gaza."

"Kunci untuk mencegah krisis kemanusiaan di Gaza sekarang ada di tangan Mesir," kata Katz, seperti dikutip Reuters.

Rafah memang menjadi salah satu rute penting bagi aliran bantuan kemanusiaan yang ingin memasuki Gaza. Mesir telah menutup perbatasan ini sejak Israel mengerahkan tank-tank ke Rafah dan menguasai penyeberangan dari sisi Palestina pada 7 Mei lalu.

Lihat Juga :
Adakah Negara yang Berstatus Pengamat di PBB Selain Palestina?

Agresi Israel di Jalur Gaza hingga kini telah menewaskan lebih dari 35 ribu warga Palestina. Mayoritas korban ialah anak-anak dan perempuan.

(blq/bac)