Calon presiden no urut 2Prabowo Subianto membeberkan alasan saat memberikan usulan damai untuk perang Rusia-Ukraina dalam Dialog Shangri-La pada Juni 2023 lalu.

Saat itu, gagasan sang Menteri Pertahanan RI tersebut menuai kritik dari berbagai pihak termasuk Ukraina.

Lihat Juga : The Economist Ralat Tracking Survei Capres RI, Prabowo 47 Persen

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia kemudian berujar,"Saya melakukan ini karena saya ingin memperjelas bahwa kita juga, negara-negara seperti Indonesia, tak bisa diabaikan dalam diskusi-diskusi yang berdampak ke masyarakat, perekonomian, dan masa depan mereka."

Prabowo lebih lanjut mengatakan negara-negara Selatan mengalami dampak akibat perang Rusia-Ukraina dan kelumpuhan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) yang tak banyak bertindak.

Menurut dia Indonesia dan negara-negara Selatan lain perlu memainkan peran lebih tegas dalam membentuk peristiwa-peristiwa geopolitik.

Menhan itu juga membeberkan alasan lain menyampaikan usulan damai di Dialog Shangri La. Prabowo memandang tak ada solusi militer yang tampak di perang Rusia-Ukraina.

"Tidak ada solusi militer yang terlihat jika tidak ada banyak nyawa yang hilang, lebih banyak penderitaan di Ukraina dan di negara-negara Selatan," ujar dia.

Namun, Prabowo meyakini bahwa semua tergantung pihak-pihak yang berkonflik untuk menemukan solusi melalui negosiasi.

Bentuk perdamaian yang akan dihasilkan, kata dia, bergantung pihak-pihak yang bersengketa.

Dia menyarankan pihak-pihak yang berperang harus berhenti saling membunuh, tetapi duduk dan berbicara.

"Mereka harus duduk dan berbicara demi kepentingan mereka sendiri dan demi kepentingan seluruh dunia," ujar Prabowo.

Dalam Dialog Shangri La, Singapura, 2023 lalu, Prabowo sempat menyampaikan sejumlah usulan damai terkait perang Rusia vs Ukraina. Beberapa usulan itu mencakup gencatan senjata, penarikan pasukan, dan referendum.

Dia juga mengusulkan pasukan Ukraina dan Rusia mundur sejauh 15 kilometer dari titik gencatan senjata guna menciptakan wilayah demiliterisasi.

Usulan ini mendapat respons negatif dari pemerintahan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov juga menilai usulan itu seperti berpihak pada Rusia.

"Terdengar seperti usulan Rusia, bukan usulan Indonesia. Kami tak butuh mediator seperti ini datang ke kami dengan rencana aneh ini," kata Reznikov pada Juni 2023, dikutip AFP.

Perang Rusia-Ukraina masih berlangsung hingga sekarang sejah pemerintahan Vladimir Putin melancarkan invasi ke negara tetangganya pada Februari 2022.

Banyak usulan damai yang diajukan berbagai negara, tetapi sejauh ini belum ada yang berhasil disepakati.