warkoptoto3 login

uang pangkal unpad - Investor Dunia dan RI Menggantungkan Nasib ke Dua Orang Ini

2024-10-08 05:58:51

uang pangkal unpad,arti mimpi melihat orang digigit ular,uang pangkal unpad
  • Bank Indonesia akan mengumumkan RDG pada hari ini, diperkirakan akan tetap menahan suku bunga
  • The Fed yang sudah memulai FOMC akan mengumumkan hasil rapatnya esok hari
  • Diperkirakan The Fed akan memangkas suku bunganya sebesar 25 basis poin

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor harus bersiap mengalami gejolak di tengah penantian pengumuman kebijakan suku bunga bank sentral Indonesia dan Amerika Serikat (AS), yang akan diumumkan hari ini dan esok hari.

Bank Indonesia diperkirakan akan menahan suku bunga acuannya, sedangkan The Federal reserve atau The Fed akan memangkas suku bunga untuk pertama kali sejak 4,5 tahun lalu. Pengaruh keduanya terhadap laju pasar keuangan Indonesia akan diulas di halaman tiga.

Ekspektasi investor akan keputusan kedua bank sentral tersebut telah melambungkan kinerja pasar saham dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Baca:
Sejarah Kadin Hingga Kronologi Pecahnya Kubu Arsjad - Anindya Bakrie

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,25% ke posisi 7.831,78. IHSG pun kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH). Adapun ATH terakhir IHSG yakni pada perdagangan Jumat pekan lalu di 7.812,13.

Nilai transaksi indeks mencapai sekitar Rp 12 triliun dengan volume transaksi mencapai 24 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 1,2 juta kali. Sebanyak 324 saham menguat, 257 saham melemah, dan 216 saham stabil.

Secara sektoral, sektor teknologi dan konsumer non-primer menjadi yang paling kencang penguatannya sekaligus menjadi penopang terbesar IHSG yakni masing-masing 1,79% dan 1,63%.

IHSG kembali bergairah dan mencetak ATH lagi pada hari ini di tengah sikap pasar yang menanti pertemuan bank sentral Amerika Serikat (AS) dan Bank Indonesia (BI) pada pekan ini.

Pada Kamis dini hari waktu Indonesia, The Fed akan merilis hasil Federal Open Meeting Committee (FOMC) termasuk suku bunga acuan The Fed dan Summary Economic Projections (SEP) yang berisi dot plot matrix.

Sebagai catatan, survei CME FedWatch Tool hingga saat ini pelaku pasar berekspektasi bahwa The Fed akan 100% memangkas suku bunga acuannya antara 25 basis poin (bp) atau 50 bp.

Hal ini sangat diharapkan pelaku pasar mengingat data inflasi produsen dan konsumen yang terus melandai, inflasi PCE yang sudah cukup rendah, hingga data ketenagakerjaan AS khususnya laju pengangguran yang tampak cukup tinggi.

Jika The Fed benar-benar memangkas suku bunganya, hal ini cenderung disambut positif oleh pelaku pasar khususnya dalam jangka panjang.

Selain The Fed, BI juga akan mengumumkan kebijakan suku bunga acuannya pada Rabu siang besok. Adapun Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI dimulai hari ini hingga Rabu besok.

Pelaku pasar saat ini masih cukup labil dengan ekspektasi BI rate kali ini. Sebagian berekspektasi bahwa BI akan menurunkan suku bunga bunganya di tengah inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang stabil dan terjaga. Namun sebagian lainnya berekspektasi bahwa BI tampak masih akan menahan suku bunganya di bulan ini.

Untuk diketahui, pada Agustus lalu BI kembali menahan suku bunganya pada level 6,25% pada Agustus 2024. Begitu juga dengan Deposit Facility dan Lending Facility.

Baca:
Saham Ini Siap Pesta, Tunggu Aba-Aba dari AS dalam Hitungan Jam

Sementara itu, nilai tukar rupiah alami penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan Selasa (17/9/2024) pasca long weekendatau libur panjang akhir pekan lalu.

Melansir dari Refinitiv,mata uang Garuda ditutup pada level Rp15.330/US$, menguat 0,42% dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya (13/9/2024). Rupiah masih berkutat pada level Rp15.300/US$-an.

Selain karena sentimen The Fed, rupiah menguat karena sentimen dari dalam negeri. Data ekonomi yang dirilis hari ini turut mendukung penguatan rupiah.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2024 mencatat surplus sebesar US$2,89 miliar, jauh melampaui konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesiadari sembilan lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Agustus 2024 akan mencapai US$1,82 miliar.

Surplus ini dihasilkan oleh nilai ekspor tercatat tumbuh 5,97% mencapai US$23,56 miliar, sementara impor lebih rendah sebesar US$20,67 miliar. Dengan surplus bulan Agustus, maka Indonesia sudah mengalami surplus selama 52 bulan beruntun sejak Mei 2020.

Saham-saham AS ditutup hampir tak berubah pada hari Selasa, menyerahkan kenaikan sebelumnya yang telah mendorong S&P 500 dan Dow Industrial Average ke rekor tertinggi, karena para investor bersiap untuk pemotongan suku bunga Federal Reserve pertama dalam 4,5 tahun.

Indeks acuan S&P 500 sempat menyentuh angka 5.670,81 sebelumnya dalam sesi perdagangan, setelah data ekonomi terbaru meredakan kekhawatiran akan perlambatan tajam ekonomi AS.

Dow Jones Industrial Average turun 15,90 poin, atau 0,04%, menjadi 41.606,18, S&P 500 naik 1,49 poin, atau 0,03%, menjadi 5.634,58, dan Nasdaq Composite naik 35,93 poin, atau 0,20%, menjadi 17.628,06.

Baca:
7 Tragedi Macet Paling Horor di Dunia, Termasuk Puncak?

Laporan terbaru dari Departemen Perdagangan AS menunjukkan bahwa penjualan ritel secara tak terduga meningkat pada bulan Agustus, setelah penurunan penerimaan di dealer mobil diimbangi oleh kekuatan pembelian online, yang mengindikasikan ekonomi berada di jalur yang kuat sepanjang sebagian besar kuartal ketiga.

"Ekspektasi sudah cukup mapan sebelum melihat data ekonomi hari ini, dan yang ditunjukkan adalah lingkungan pertumbuhan secara umum, meskipun lingkungan pertumbuhan yang relatif lambat," kata Russell Price, kepala ekonom di Ameriprise Financial Services di Troy, Michigan.

Price mengatakan bahwa ukuran pemotongan suku bunga bisa memicu kekhawatiran inflasi atau meningkatkan kekhawatiran bahwa The Fed bergerak terlalu lambat untuk menghindari resesi.

"Apa yang Anda lihat dalam perdagangan sore ini adalah bagaimana kita mundur dari level tertinggi sepanjang masa ... karena besok pasti akan ada pihak yang kecewa," tambahnya.

Pasar memperkirakan peluang 65% bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin pada akhir pertemuan dua hari pada hari Rabu, menurut alat FedWatch dari CME. Ekspektasi pasar mengenai ukuran pemotongan telah berfluktuasi dalam beberapa hari terakhir, dengan hanya 34% kemungkinan pemotongan 50 bps yang diperkirakan minggu lalu.

Microsoft, naik 0,88%, menjadi pendorong terbesar bagi S&P 500, s

Baca:
Madu Indonesia, Nasibnya Tak Semanis Rasanya

etelah sahamnya naik setelah dewan AI front runner ini menyetujui program pembelian kembali saham senilai $60 miliar dan meningkatkan dividen kuartalannya sebesar 10%.

Dow blue-chip mencapai rekor tertinggi intraday untuk hari kedua berturut-turut. Indeks Russell 2000 yang melacak saham-saham berkapitalisasi kecil, yang dianggap investor akan diuntungkan dari lingkungan suku bunga rendah, mengungguli tiga indeks utama, naik 0,74% dalam sesi ini.

Sektor energi, naik 1,41%, adalah yang berkinerja terbaik di antara 11 sektor utama S&P, didorong oleh kenaikan harga minyak mentah, sementara sektor perawatan kesehatan menjadi yang terburuk dengan penurunan 1,01%.

Di antara pergerakan lainnya, Intel naik 2,68% setelah menandatangani unit layanan cloud Amazon.com sebagai pelanggan untuk membuat chip kecerdasan buatan khusus. Saham Amazon.com naik 1,08%.

Saham yang naik lebih banyak daripada yang turun dengan rasio 1,55 banding 1 di NYSE, sementara di Nasdaq, saham yang naik lebih banyak daripada yang turun dengan rasio 1,25 banding 1.

S&P 500 mencatat 48 tertinggi baru dalam 52 minggu dan tidak ada terendah baru, sedangkan Nasdaq Composite mencatat 147 tertinggi baru dan 68 terendah baru.

Volume di bursa AS mencapai 10,23 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 10,74 miliar untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.

Ada dua sentimen yang menjadi perhatian utama investor pada perdagangan pasar keuangan hari ini. Pertama adalah kebijakan suku bunga Bank Indonesia dan The Fed.

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) diselenggarakan pada hari ini hingga besok, Selasa dan Rabu (17-18 Agustus 2024). Salah satu yang ditunggu adalah kebijakan suku bunga (BI rate) yang diproyeksikan pasar masih akan ditahan di level saat ini meski sudah mulai ada suara untuk BI memangkas suku bunganya.

BI rate terakhir kali dinaikkan pada April 2024 dan ditahan pada pertemuan Mei hingga Agustus di level 6,25% atau empat bulan terakhir.

Baca:
5 Raksasa RI Masuk Top 1.000 Perusahaan Terbaik Dunia: Mandiri - Astra

Konsensus CNBC Indonesiayang dihimpun dari 17 lembaga/institusi mayoritas memproyeksikan bahwa BI masih akan menahan suku bunganya di level 6,25%. Sementara terdapat dua institusi yang memperkirakan BI akan menurunkan suku bunganya sebesar 25 (basis poin/bps) kali ini menjadi 6,00%.

Sebelumnya pada 21 Agustus lalu, BI rate diputuskan tetap di level 6,25%. Suku bunga Deposit Facility sebesar 5,50%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 7,00%.

Head of Equity Research Bahana Sekuritas, Putera Satria Sambijantoro memperkirakan suku bunga BI akan dipangkas sebesar 25 bps pada Rabu ini menjadi 6,0%, diikuti dengan pelonggaran kebijakan kumulatif sebesar 50 bps pada kuartal keempat 2024 untuk membawa suku bunga BI menjadi 5,5% pada akhir tahun.

Sebagai catatan, terakhir kali BI memangkas suku bunga adalah pada Januari 2021 dari 3,75% menjadi 3,50%.

"Kami berpendapat bahwa BI memiliki ruang untuk melonggarkan kebijakan karena beberapa faktor: penurunan harga minyak, deflasi domestik, data global yang lemah khususnya dari China, dan (yang paling penting) potensi kejutan dovishdari Fed AS," ujar Satria dalam analisanya.

Satria menilai bahwa harga minyak anjlok dengan signifikan sejak pertemuan moneter BI terakhir pada Agustus 2024. Selain itu, deflasi empat bulan beruntun (month to month/mtm) dari Mei-Agustus 2024 disebabkan karena penurunan harga pangan yang akan menekan inflasi tahunan.

Merujuk data Refinitiv,harga minyak brent ambruk 5,7% dalam sebulan terakhir sepanjang September ini dan menurun 1,52% pada Agustus 2024.

Untuk diketahui, inflasi Indonesia secara tahunan telah berada di level 3% sejak Mei 2024. Pada saat itu, inflasi sudah bergerak ke level 2,84%, dan terus konsisten turun hingga Agustus 2024 bertengger di level 2,12%. Inflasi mendekati kisaran bawah target BI di 3±1%.

Ekonom Ciptadana Sekuritas Asia, Renno Prawira masih memperkirakan bahwa BI akan kembali menahan suku bunganya karena tiga faktor utama.

Pertama, yield spreadobligasi pemerintah Indonesia terhadap AS untuk tenor 10 tahun saat ini berada di kisaran 3%, masih di bawah rata-rata historis 10 tahun terakhir sebesar 4,8%.

Baca:
Seng Ada Lawan! Pertamina International Shipping Jawara Logistik RI

Kedua, neraca transaksi berjalan Indonesia mencatat defisit pada kuartal I dan II 2024, sehingga BI kemungkinan akan mempertahankan suku bunga untuk menarik aliran modal masuk (capital inflow). Jika BI menurunkan suku bunga lebih awal dibandingkan The Fed, dikhawatirkan hal ini dapat memicu arus keluar modal (capital outflow).

Ketiga, dalam pernyataan terakhirnya, Gubernur BI menegaskan pentingnya penguatan rupiah untuk mengendalikan inflasi yang disebabkan oleh impor (imported inflation).

Namun ia tidak menampik bahwa pada Oktober 2024, BI berpeluang menurunkan suku bunganya jika The Fed mulai menurunkan suku bunganya bulan ini dan mengingat tren PMI Manufaktur yang terus menurun dan mengalami kontraksi selama dua bulan berturut-turut.

Ekspektasi penahanan suku bunga bulan ini dan terbukanya potensi pemangkasan suku bunga BI pada Oktober ini juga disampaikan oleh Ekonom Indo Premier Sekuritas Luthfi Ridho, Presiden Direktur Samuel Aset Manajemen Agus Yanuar, dan Head of Treasury & Financial Institution Bank Mega Ralph Birger Poetiray.

Keputusan Bank Indonesia saat ini dan ke depan dipengaruhi oleh kebijakan suku bunga The Fed, yang diperkirakan akan memangkas su bunga pada pertemuan bulan ini.

Pada Kamis (19/9/2024) dini hari waktu Indonesia, bank sentral AS (The Fed) akan merilis hasil Federal Open Meeting Committee (FOMC) termasuk suku bunga acuan The Fed dan Summary Economic Projections(SEP) yang berisi dot plot matrix.

Pasar memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin. Sebagai catatan, pemangkasan terakhir yang dilakukan The Fed terjadi pada Maret 2020. Saat itu, suku bunga dipangkas mendekati nol untuk mendukung ekonomi AS selama pandemi COVID-19.

Sebagai catatan, survei CME FedWatch Tool hingga saat ini pelaku pasar berekspektasi bahwa The Fed akan 100% memangkas suku bunga acuannya antara 25 basis poin (bps) atau 50 bps.

Hal ini sangat diharapkan pelaku pasar mengingat data inflasi produsen dan konsumen yang terus melandai, inflasi PCE yang sudah cukup rendah, hingga data ketenagakerjaan AS khususnya laju pengangguran yang tampak cukup tinggi.

Dari data tenaga kerja, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan klaim awal untuk tunjangan pengangguran mingguan untuk periode pekan yang berakhir 7 September 2024 naik 2.000 menjadi 230.000 yang disesuaikan secara musiman.

Sementara itu dari data inflasi, Indeks harga produsen (PPI) untuk permintaan akhir naik 0,2% pada Agustus, dibandingkan dengan estimasi pertumbuhan 0,1%. Angka inti, yang tidak memperhitungkan harga pangan dan energi yang fluktuatif, naik 0,3%, lebih tinggi dari perkiraan 0,2%.

Meski begitu, data inflasi konsumen atau indeks harga konsumen (CPI) AS periode Agustus yang rilis Rabu lalu menunjukkan hasil baik. Dalam basis tahunan tumbuh 2,5%, lebih baik dari ekspektasi yang berharap tumbuh 2,6% dari bulan sebelumnya 2,9%.

Laju inflasi yang secara keseluruhan telah melandai ini setidaknya meredakan kondisi pasar tenaga kerja yang mengecewakan pekan lalu dan ekspektasi pasar terhadap resesi ekonomi.

Untuk diketahui, saat ini suku bunga The Fed berada di level 5,25-5,50%. Jika The Fed benar-benar memangkas suku bunganya, hal ini cenderung disambut positif oleh pelaku pasar khususnya dalam jangka panjang.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • Rilis neraca dagang Jepang (pukul 6.50 WIB)
  • Rilis ekspor dan impor Jepang (pukul 6.50 WIB)
  • Rilis Suku Bunga Bank Indonesia (pukul 14.30 WIB)
  • Rilis Suku Bunga The Fed pada Kamis (19/9/2024) dini Hari (pukul 1.00 WIB)

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  • RUPSLB: JSMR, LEAD, NIRO, RMKE, SRIL

Berikut untuk indikator ekonomi RI :

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

Next Page Jelang Rapat The Fed, Gerak Indeks Utama Wall Street Stabil
Pages Next