warkoptoto3 login

rajabandot link alternatif login alternatif - Data QRIS Ungkap Nasib Kelas Menengah Dompetnya Makin Tipis

2024-10-08 01:41:40

rajabandot link alternatif login alternatif,togel 87,rajabandot link alternatif login alternatif

Jakarta, CNBC Indonesia- Jumlah kelas menengah yang turun status menjadi kelas menengah rentan maupun kelas rentan miskin berdampak pada melambatnya transaksi ekonomi di Indonesia. Perlambatan itu tergambar dari transaksi QR Indonesia Standard (QRIS).

Direktur Utama Bank Jatim (BJTM) Busrul Iman mengatakan, transaksi QRIS itu telah anjlok sejak Juni-Agustus 2024. Nominal transaksi di QRIS Merchant mencapai Rp 176,30 miliar pada Juni 2024, tapi turun menjadi Rp 127,91 miliar pada Juli, dan naik tipis Rp 130,51 miliar pada Agustus.

"Dari data yang ada menunjukkan transaksi QRIS mulai bulan Juni sampai dengan Agustus 2024 memang mengalami penurunan yang cukup tajam, namun bila ditarik 8 bulan terakhir tetap mengalami peningkatan," ujar Busrul saat dihubungi CNBC Indonesia, dikutip Minggu (22/9/2024).

Pilihan Redaksi
  • Duit di Rekening Terkuras Habis, Awas Modus Baru Maling M-Banking
  • Gempa Megathrust Tinggal Tunggu Waktu, Ini 13 Wilayah Paling Rawan!

Nominal QRIS Merchant Bank Jatim bulan Agustus memang tumbuh dibandingkan nominal Januari, yang sebesar Rp 76,11 miliar. Namun, tren penurunan transaksi QRIS ini terjadi mulai Juni hingga Agustus, berbarengan dengan deflasi inti yang terjadi selama empat bulan beruntun sejak Mei.

Kendati begitu, Busrul menyampaikan, transaksi melalui tabungan digital Bank Jatim, J Connect mobile dan kartu debit relatif masih tumbuh positif.

Sementara itu, Direktur Kepatuhan Bank Oke Indonesia (DNAR) atau OK Bank Indonesia Efdinal Alamsyah mengatakan sebetulnya tabungan yang terhimpun juga tengah mengalami penurunan sekitar 12% secara tahunan atau year on year (yoy) per 4 September 2024.

Menurut Efdinal, menurunnya daya beli membuat nasabah mengalihkan pengeluaran mereka ke kebutuhan dasar atau barang yang lebih esensial.

"Ini bisa tecermin dari perubahan pola transaksi, misal penurunan pada transaksi di kategori seperti hiburan atau restoran, sementara ada peningkatan dalam kategori seperti bahan makanan atau kebutuhan rumah tangga," katanya saat dihubungi CNBC Indonesia.

Direktur Utama Bank BJB (BJBR) Yuddy Renaldi mengatakan dampak dari tren penurunan konsumsi kelas menengah membuat nilai transaksi nasabah menurun. Frekuensi transaksi di BPD pentolan itu masih bertumbuh, tetapi nilainya telah menurun.

"Mengenai tren konsumsi pada kelas menengah ini melalui transaksi channel elektronik khususnya secara tren kami melihat dari sisi frekuensi masih bertumbuh, namun yang menjadi perhatian adalah value yang diperoleh atas nilai uang yang ditransaksikan," kata Yuddy saat dihubungi CNBC Indonesia.

Yuddy mencontohkan, nasabah dalam kesehariannya menghabiskan Rp100 ribu rupiah untuk membeli 10 barang, kini yang dihabiskan dengan nominal yang sama, hanya untuk 8-9 barang saja.

Baca:
6 Tempat Wisata Legend yang Dulu Ramai Kini Sepi Bak Kuburan
Warga berjalan melewati kawasan Transport Hub Dukuh Atas, Jakarta, Senin (26/2/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)Foto: Warga berjalan melewati kawasan Transport Hub Dukuh Atas, Jakarta, Senin (26/2/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

"Artinya bukan dari jumlah nilai uang yang dihabiskan, tetapi dari daya beli uang tersebut, inflasi dan daya beli telah menekan daya beli," jelas Yuddy.

Bank swasta terbesar RI, BCA (BBCA) juga tak terelakkan dari penurunan kelas menengah. Meskipun Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan bahwa tren tersebut tidak berpengaruh pada transaksi QRIS atau debit, ia mengakui bahwa kredit retail terdampak.

"So far kredit retail yang lebih berat," katanya saat dihubungi CNBC Indonesia.

Meskipun begitu, Jahja mengatakan kredit konsumsi seperti kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor (KKB) di BCA tetap bertumbuh karena bunga yang murah. "Naik, KPR dan KKB bagus karena bunga murah," katanya.

Kelas menengah menyusut

Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2019 jumlah kelas menengah di Indonesia 57,33 juta orang atau setara 21,45% dari total penduduk. Lalu, pada 2024 hanya tersisa 47,85 juta orang atau setara 17,13%.

Artinya ada sebanyak 9,48 juta warga kelas menengah yang turun kelas. Data kelompok masyarakat kelas menengah rentan atau aspiring middle class malah naik, dari 2019 hanya sebanyak 128,85 juta atau 48,20% dari total penduduk, menjadi 137,50 juta orang atau 49,22% dari total penduduk.

Demikian juga dengan angka kelompok masyarakat rentan miskin yang ikut membengkak dari 2019 sebanyak 54,97 juta orang atau 20,56%, menjadi 67,69 juta orang atau 24,23% dari total penduduk pada 2024. Artinya, banyak golongan kelas menengah yang turun kelas kedua kelompok itu.


(hsy/hsy) Saksikan video di bawah ini:

Video: Kelas Menengah, Sudah Kena PHK Tertimpa Pajak Pula

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">Next Article Ketimpangan Melebar Bikin Kelas Menengah Terpuruk, RI Dalam Bahaya?