warkoptoto3 login

togel rakyat - Era Suku Bunga Tinggi Usai, BBRI Siap Terbang Tinggi

2024-10-07 22:01:39

togel rakyat,mbak toto,togel rakyat

Jakarta, CNBC Indonesia -Era suku bunga tinggi telah berakhir membuat sektor perbankan bergairah, salah satunya emiten bank pelat merah, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).

Efek suku bunga yang dipangkas, juga membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atraktif dan sempat menembus ke atas level 7900 pada hari ini, Kamis (19/9/2024). Ini menandai level All Time High (ATH) baru secara intraday.

BBRI menjadi penopang penguatan IHSG terbesar, pantauan CNBC Indonesia hingga akhir sesi I perdagangan hari dengan saham BBRI yang melesat nyaris 3% ke posisi Rp5.500 lembar saham, telah memberikan kontribusi sebanyak 21,53 indeks poin. 

Baca:
Saham Bank Himbara Melesat, Investor AS - Korea Rajin Akumulasi!

Menariknya, dibandingkan IHSG yang beberapa kali mencetak ATH. Saham BBRI malah masih jauh dari level tertinggi sepanjang masa-nya.

Secara teknikal, saham BBRI kini masih dalam tren penguatan, tetapi level saat ini di Rp5.500 per lembar masih memiliki potensial upside lebih dari 17% dari level tertinggi-nya yang sempat diraih pada pertengahan Maret tahun ini di Rp6.400 per lembar.

Pergerakan teknikal BBRIFoto: Tradingview
Pergerakan teknikal BBRI

Valuasi Relatif Terdiskon Dibanding Peers

Secara valuasi, jika dibandingkan dengan rata-rata industri yang dihargai Price to Book Value (PBV) sebesar 3,3 kali. Saham BBRI ternyata masih cenderung undervalue, dengan PBV di level 2,6 kali.

Jika dihitung nilai wajarnya berdasarkan rata-rata industri tersebut, paling tidak potensi penguatan BBRI mencapai level tertinggi baru ke Rp6.950 per lembar.

Valuasi BBRIFoto: Tradingview
Valuasi BBRI

Lantas Bagaimana Kinerja BBRI Terkini?

Berbicara soal kinerja, BBRI terbilang masih cukup solid di mana laba yang berhasil dicetak sampai tujuh bulan pertama tahun ini paling jumbo di antara peers, mencapai Rp31,41 triliun.

Capaian tersebut tumbuh moderat 1,79% secara tahunan (yoy). Ini ditopang kredit yang disalurkan ekspansif tumbuh 8,59% yoy menjadi Rp1.203 triliun.

Alhasil, pendapatan dari bunga juga meningkat 14,46% yoy menjadi Rp94,60 triliun, meskipun mendapat tekanan dari beban bunga yang melonjak 47,46% yoy menjadi Rp30,32 triliun.

Kendati begitu, tekanan dari beban bunga ke depan bisa potensi turun lantaran era suku bunga telah usai pasca Bank Indonesia (BI) kemarin memangkas 25 basis poin (bps), diikuti bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) ikut turunkan suku bunga lebih banyak hingga 50 bps.

Pasca Suku Bunga Dipangkas, Sektor Bank Ketiban Berkah

Secara industri, perbankan memang menjadi industri yang sangat sensitif dengan suku bunga. Setelah sekian lama suku bunga dipertahankan tinggi yang membuat bank harus mengalokasikan beban bunga lebih banyak dan beban provisi untuk menjaga kredit macet, kini mereka akan mendapatkan gairah lantaran likuiditas akan kembali terpacu.

Sebagaimana diketahui, Bank Indonesia (BI) sudah terlebih dahulu memangkas suku bunga sebanyak 25 basis poin (bps) menjadi 6%. Sementara suku bunga Deposit Facility juga dipangkas menjadi 5,25%, dan suku bunga Lending Facility menjadi 6,75%. .

Pemangkasan suku bunga ini adalah yang pertama sejak Februari 2021. BI mengerek suku bunga sebesar 275 bp sepanjang Agustus 2022-April 2024, sebelum kemudian menahannya pada Mei, Juni, Juli, dan Agustus 2024.

"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17-18 September 2024 memutuskan untuk menurunkan BI-Rate menjadi 6%," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Rabu (18/9/2024).

Baca:
Era Suku Bunga Tinggi Selesai, Saatnya Investor Pesta Pora?

Setelah BI memutuskan untuk memangkas BI rate, kemudian pada Kamis dini hari waktu Indonesia, kabar baik datang lagi dari The Fed, di mana bank sentral Negeri Paman Sam tersebut memutuskan untuk memangkas suku bunga acuannya. Bahkan yang lebih mengejutkan, pemangkasan kali ini cukup besar atau hard landing yakni sebesar 50 bp menjadi 4,75-5,0%.

Pemangkasan sebesar 50 bp lebih besar dibandingkan ekspektasi pasar yang hanya 25 bp. Pemangkasan ini merupakan yang pertama sejak Maret 2020 atau empat tahun lalu saat awal pandemi Covid-19.
Seperti diketahui, The Fed mengerek suku bunga sebesar 525 bp sejak Maret 2022 hingga Juli 2023. Mereka kemudian menahan suku bunga di level 5,25-5,50% pada September 2023-Agustus 2024 atau lebih.

The Fed meyakini inflasi AS sudah bergerak menuju target kisaran mereka di angka 2% sehingga mereka akhirnya memilih untuk memangkas suku bunga. Namun, faktor utama dari pemangkasan sebesar 50 bp adalah tingkat pengangguran AS yang melambung.

"Mengingat kemajuan dalam inflasi dan keseimbangan risiko, Komite memutuskan untuk menurunkan suku bunga sebesar 50 bp," tulis The Fed dalam website resmi mereka.

Dengan BI dan The Fed yang memangkas suku bunga acuannya kemarin, maka era suku bunga tinggi sudah mulai berakhir. Alhasil, saham perbankan cenderung diuntungkan karena dengan rendahnya tingkat suku bunga, maka berpotensi akan diikuti oleh penurunan suku bunga kredit.

Jika bunga kredit semakin rendah, maka perbankan dapat lebih mudah menyalurkan kreditnya karena masyarakat semakin tertarik untuk mengambil kredit.

Di sisi lain, beban untuk simpanan juga bisa berkurang, sehingga ketika momentum penyaluran kredit tetap positif dan menghasilkan pendapatan bunga atraktif, maka beban bunga bisa lebih ditekan, sehingga potensi laba bersih bisa meningkat.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(tsn/tsn) Saksikan video di bawah ini:

Prabowo: Hilirisasi Mutlak, Tidak Bisa Ditawar!

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">