warkoptoto3 login

data sdy m - September Usai, Waspada Rupiah Dapat Tantangan Kontraksi Manufaktur!

2024-10-08 01:42:51

data sdy m,no erek erek 40,data sdy m

Jakarta, CNBC Indonesia -Bagai roller coaster, pergerakan rupiah dalam melawan dolar Amerika Serikat (AS) sangat volatil pekan lalu akibat banyak sentimen.

Beralih pada hari ini di penghujung September, pelaku pasar akan memantau rupiah sembari wait and see data dalam negeri terkait inflasi dan PMI Manufaktur sejumlah negara.

Melansir Refinitiv, mata uang RI ditutup di angka Rp15.120/US$ pada perdagangan Jumat (27/9/2024), menguat 0,26% dari penutupan sebelumnya (26/9/2024).

Selama sepekan, nilai tukar rupiah berhasil menguat 0,17% dari posisi Rp15.195/US$ dan bahkan pada pekan ini tepatnya 25 September 2024, rupiah sempat menguat ke posisi Rp15.095/US$ dan merupakan posisi terkuat sejak 31 Juli 2023.

Penyebab terjadinya fluktuasi di pasar keuangan Indonesia selama sepekan kemarin adalah ramai rilis kabar genting dari Amerika Serikat (AS) dan China.

The Conference Board melaporkan penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) AS sebesar 6,9 poin menjadi 98,7, penurunan terbesar sejak Agustus 2021.

Melemahnya kepercayaan konsumen AS ini membuat pasar memprediksi bahwa The Fed mungkin akan menurunkan suku bunga lebih lanjut, ini akan menekan dolar yang kemudian akan membuat aliran dana asing kembali mengalir deras ke Tanah Air.

Ekspektasi konsumen terhadap ekonomi AS dalam enam bulan ke depan turun menjadi 81,7, mencerminkan pesimisme yang kian meningkat. Kondisi ini diperburuk oleh pasar tenaga kerja yang melemah dan tingginya biaya hidup. Tekanan ini membuat konsumen AS lebih menahan belanja mereka, yang berdampak pada melemahnya dolar AS.

Dari sisi eksternal, sentimen positif bagi rupiah juga datang dari China. Bank Sentral China (PBoC) mengumumkan stimulus moneter besar-besaran, termasuk pemangkasan giro wajib minimum sebesar 50 basis poin dan suku bunga repo tujuh hari menjadi 1,5%.

Kebijakan ini diharapkan membantu mendorong perekonomian China yang sedang tertekan, memberikan dampak positif bagi perdagangan global dan mendukung penguatan rupiah.

Langkah PBoC ini memberikan kelonggaran bagi sektor properti dan rumah tangga di China, meskipun ada kekhawatiran terkait profitabilitas perbankan. Kombinasi sentimen negatif dari AS dan stimulus dari China menciptakan momentum positif bagi rupiah.

Baca:
Pemegang Dolar Bersiap! Fed & BI Diramal Pangkas Suku Bunga Lagi Tahun

Adapun gejolak yang membuat rupiah turun adalah sentimen dari Amerika Serikat, yang tengah menantikan rilis data final pertumbuhan ekonomi (PDB) kuartal II-2024.

Konsensus pasar memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS akan meningkat signifikan, dari 1,4% menjadi 3%. Proyeksi ini mengindikasikan keberhasilan para pembuat kebijakan AS dalam mengendalikan inflasi tanpa memicu resesi.

Kondisi ini mendorong spekulasi bahwa bank sentral AS (The Fed) tidak akan segera menurunkan suku bunga, membuat pelaku pasar mengambil posisi lebih berhati-hati terhadap aset-aset berisiko, termasuk mata uang di negara berkembang seperti rupiah.

Selain itu, pidato Ketua The Fed, Jerome Powell, dan beberapa pejabat tinggi lainnya turut menjadi fokus pasar global. Powell diperkirakan akan memberikan isyarat terkait arah kebijakan suku bunga di masa depan.

Jika sinyal tersebut mengindikasikan suku bunga akan tetap tinggi lebih lama, maka hal ini akan semakin memperkuat posisi dolar AS dan berujung pada tekanan terhadap mata uang Garuda serta pasar saham.

Baca:
Waspada! Tensi Konflik Timteng Mendidih, Pasar Keuangan Rawan Ambruk

Beralih ke sentimen dalam negeri, pada penghujung September ini market akan beralih fokus pada penantian data awal bulan depan, seperti inflasi dan PMI Manufaktur. Kedua hal ini menjadi penting diperhatikan lantaran RI tengah mengalami deflasi beruntun diikuti kondisi manufaktur yang terkontraksi.

Data PMI Manufaktur juga akan rilis dari berbagai negara termasuk China dan AS yang mempengaruhi pasar keuangan RI, lantaran keduanya cukup erat sebagai partner dagang ekspor - impor.

Teknikal Rupiah

Rupiah dalam melawan dolar AS cenderung bergerak dalam tren terkonsolidasi kini dari support Rp15.075/US$ sampai dengan resistance Rp15.170/US$.

Support merupakan area yang diperhatikan sebagai target penguatan rupiah terdekat, ini diambil dari low candle intraday yang sempat disentuh pada 20 September 2024. Sementara, resistance merupakan garis yang diantisipasi jika terjadi pelemahan, posisi ini sendiri didapatkan dari garis rata-rata selama 100 jam atau MA100.

Pergerakan rupiah melawan dolar ASFoto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS

 

CNBC INDONESIA RESEARCH


(tsn/tsn) Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Merosot, Sentimen Global Masih Jadi Biang Kerok

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">Next Article Potensi Penguatan Rupiah di Tengah Tekanan Indeks Dolar