warkoptoto3 login

login dafatoto - Beranjangsana ke Museum Baru dan unik di Bandung

2024-10-08 20:30:53

login dafatoto,jengkol togel,login dafatoto

[:id]

Bandung bisa saja disebut sebagai kota museum. Ada banyak museum yang menjadi destinasi wisata khusus pendidikan. Ada juga yang hanya sekedar menyimpan saja dengan kunjungan terbatas.

Umur museum pun sudah lama, meski penampilannya sudah banyak diperbarui. Misalnya Museum Geologi yang tak pernah sepi dengan kunjung­an pelajar study tour dari berbagai kota di Indonesia. Setidaknya ada dua museum Bangunan Bio Farma merupakan salah satu heritage yang masih terawat baik.

Dulu bangunan ini disebut Landskoepok Inricting en Instituut Pasteur. Sejumlah bangunan baru dibangun di kawasan perusahaan pembuat vaksin di Jalan Pasteur ini. Sa­lah satu bangunan lama di kawasan ini telah diubah menjadi museum. Tampak dari luar bangunan ini tetap tidak berubah, sama seperti pada awal dibangun oleh arsitektur Belanda, CPW Schoemaker. Pada 1997, Paguyuban Pelestarian Budaya Bandung atau Bandung Heri­tage, telah menginventarisasi bangunan ini sebagai Bangunan Cagar Budaya. Penetapan sebagai salah satu Bangunan Cagar Budaya di Kota Bandung melalui Perda Kota Bandung Nomor 19 Tahun 2009. "Kami mengembalikan sejarah yang pernah terhapus supaya diketahui generasi mendatang, kami juga ingin mengajarkan filosofi untuk mencintai dan memelihara gedung yang bernilai budaya.

Renovasi pada 2015 dilakukan terbaru yang muncul di Kota Bandung. Yakni Museum Pen­didikan yang berada di Kampus Universitas Pendidikan Indo­nesia (UPI) jalan Setiabudi, dan museum yang menyajikan per­kembangan produksi vaksin dari masa ke masa, Museum Vaksin Bio Farma. Dengan berpedoman tidak mengubah kondisi asli dari bentuk, dan detail­ detail bangunan. Namun nampak sejalan dengan fungsi baru pada bangunan, area perkantoran dan museum," kata Nurlela, Head of Corporate Communi­cation PT Bio Farma. Gedung yang berusia hampir 100 tahun ini4 memiliki ciri khas atap atau genteng dengan sudut curam. Pilar bangunan nampak masih kokoh, se­mentara daun jendela yang terbuat dari kayu jati masih tetap tidak diganti. Demikian pula dengan teralis besi pada jendela yang masih asli. Cat berwarna putih, yang menjadi ciri khas warna bangunan tetap dipertahankan. Museum tersebut menceritakan ten­tang penemuan kesehatan, wabah yang terjadi sebelum vaksin ditemukan, serta peralatan yang digunakan pada awal Bio Farma beroperasi. Sehingga museum diharapkan sebagai sarana yang dapat memberikan informasi bagi masyarakat yang ingin mengetahui perkembangan sejarah produksi vaksin dan serum di Indonesia.

Memasuki museum ini akan disam­but resepsionis. Pengunjung dimin­ta mengisi daftar hadir. Jika datang berombongan dan ada pemberitahuan biasanya disediakan guide. Pengunjung disambut patung D Wa Borger. D Wa Borger semasa hidupnya pernah menyuntikan hasil penelitian ke dirinya sebelum diberikan orang lain. Pengunjung akan diarahkan memasuki bagian kiri museum terlebih dahulu. Pengunjung akan mendapatkan informasi melalui foto sketsa yang ter­pampang di dinding tentang pemimpin Biofarma dari waktu ke waktu, dari awal berdiri pada 1890 sampai yang sekarang. Ada juga video dari layar televisi besar yang menyajikan film peneliti pegawai zaman dulu yang pernah bekerja di Biofarma.

Di bagian lain sebuah akuarium raksasa berisi ular berbagai jenis yang sudah diawetkan. Ada pula kotak-­kotak serum dan vaksin. Ular itu merupakan sampel dari beberapa ulai yang dulu digunakan untuk proses anti bisa atau serum.Sejumlah peralatan untuk mem­produksi vaksin, baik yang jadul hingga modern juga dipajang di sini. Di ruang­an terakhir disajikan sejumlah kegiatan perusahaan termasuk upaya membawa kawasan Wisata Ciletuh Sukabumi ke dunia internasional sebagai kawasan Geopark.

Untuk melihat sejarah vaksin di museum ini pengunjung hanya da­pat datang pada Rabu dan Kamis. Jam buka museum mulai pukul 09.00­-11.00 dan 13.00-15.00. Tapi untuk masuk ke museum, kita harus daftar ke website Biofarma. Lalu, kita bisa menikmati Mu­seum Biofarma setelah mendapat kon­firmasi dari pihak Biofarma. * tgh/R­1I tcrh/R­

Sumber : Koran Jakarta[:en]

Bandung bisa saja disebut sebagai kota museum. Ada banyak museum yang menjadi destinasi wisata khusus pendidikan. Ada juga yang hanya sekedar menyimpan saja dengan kunjungan terbatas.

Umur museum pun sudah lama, meski penampilannya sudah banyak diperbarui. Misalnya Museum Geologi yang tak pernah sepi dengan kunjung­an pelajar study tour dari berbagai kota di Indonesia. Setidaknya ada dua museum Bangunan Bio Farma merupakan salah satu heritage yang masih terawat baik.

Dulu bangunan ini disebut Landskoepok Inricting en Instituut Pasteur. Sejumlah bangunan baru dibangun di kawasan perusahaan pembuat vaksin di Jalan Pasteur ini. Sa­lah satu bangunan lama di kawasan ini telah diubah menjadi museum. Tampak dari luar bangunan ini tetap tidak berubah, sama seperti pada awal dibangun oleh arsitektur Belanda, CPW Schoemaker. Pada 1997, Paguyuban Pelestarian Budaya Bandung atau Bandung Heri­tage, telah menginventarisasi bangunan ini sebagai Bangunan Cagar Budaya. Penetapan sebagai salah satu Bangunan Cagar Budaya di Kota Bandung melalui Perda Kota Bandung Nomor 19 Tahun 2009. "Kami mengembalikan sejarah yang pernah terhapus supaya diketahui generasi mendatang, kami juga ingin mengajarkan filosofi untuk mencintai dan memelihara gedung yang bernilai budaya.

Renovasi pada 2015 dilakukan terbaru yang muncul di Kota Bandung. Yakni Museum Pen­didikan yang berada di Kampus Universitas Pendidikan Indo­nesia (UPI) jalan Setiabudi, dan museum yang menyajikan per­kembangan produksi vaksin dari masa ke masa, Museum Vaksin Bio Farma. Dengan berpedoman tidak mengubah kondisi asli dari bentuk, dan detail­ detail bangunan. Namun nampak sejalan dengan fungsi baru pada bangunan, area perkantoran dan museum," kata Nurlela, Head of Corporate Communi­cation PT Bio Farma. Gedung yang berusia hampir 100 tahun ini4 memiliki ciri khas atap atau genteng dengan sudut curam. Pilar bangunan nampak masih kokoh, se­mentara daun jendela yang terbuat dari kayu jati masih tetap tidak diganti. Demikian pula dengan teralis besi pada jendela yang masih asli. Cat berwarna putih, yang menjadi ciri khas warna bangunan tetap dipertahankan. Museum tersebut menceritakan ten­tang penemuan kesehatan, wabah yang terjadi sebelum vaksin ditemukan, serta peralatan yang digunakan pada awal Bio Farma beroperasi. Sehingga museum diharapkan sebagai sarana yang dapat memberikan informasi bagi masyarakat yang ingin mengetahui perkembangan sejarah produksi vaksin dan serum di Indonesia.

Memasuki museum ini akan disam­but resepsionis. Pengunjung dimin­ta mengisi daftar hadir. Jika datang berombongan dan ada pemberitahuan biasanya disediakan guide. Pengunjung disambut patung D Wa Borger. D Wa Borger semasa hidupnya pernah menyuntikan hasil penelitian ke dirinya sebelum diberikan orang lain. Pengunjung akan diarahkan memasuki bagian kiri museum terlebih dahulu. Pengunjung akan mendapatkan informasi melalui foto sketsa yang ter­pampang di dinding tentang pemimpin Biofarma dari waktu ke waktu, dari awal berdiri pada 1890 sampai yang sekarang. Ada juga video dari layar televisi besar yang menyajikan film peneliti pegawai zaman dulu yang pernah bekerja di Biofarma.

Di bagian lain sebuah akuarium raksasa berisi ular berbagai jenis yang sudah diawetkan. Ada pula kotak-­kotak serum dan vaksin. Ular itu merupakan sampel dari beberapa ulai yang dulu digunakan untuk proses anti bisa atau serum.Sejumlah peralatan untuk mem­produksi vaksin, baik yang jadul hingga modern juga dipajang di sini. Di ruang­an terakhir disajikan sejumlah kegiatan perusahaan termasuk upaya membawa kawasan Wisata Ciletuh Sukabumi ke dunia internasional sebagai kawasan Geopark.

Untuk melihat sejarah vaksin di museum ini pengunjung hanya da­pat datang pada Rabu dan Kamis. Jam buka museum mulai pukul 09.00­-11.00 dan 13.00-15.00. Tapi untuk masuk ke museum, kita harus daftar ke website Biofarma. Lalu, kita bisa menikmati Mu­seum Biofarma setelah mendapat kon­firmasi dari pihak Biofarma. * tgh/R­1I tcrh/R­

Sumber : Koran Jakarta

 

 

 

[:]