warkoptoto3 login

pantun tentang pendidikan 4 bait - Media Asing Soroti Kematian Aktivis LGBT Harvard di Bali

2024-10-08 06:17:52

pantun tentang pendidikan 4 bait,inatogel link alternatif login alternatif,pantun tentang pendidikan 4 baitJakarta, CNN Indonesia--

Sejumlah media asing menyoroti kematian mahasiswa Universitas Harvard yang merupakan aktivis LGBTasal Peru, Rodrigo Ventocilla Ventosilla, usai ditahan di Bali.

Media Jerman, Deutsche Welle(DW), menuliskan laporan berjudul "Rodrigo Ventocilla: Aktivis Gender Peru Tewas Usai Ditangkap di Bali" pada Rabu (25/8).

"Ventocilla, seorang transgender dan aktivis hak LGBT, meninggal usai lima hari ditahan polisi. Ia ditangkap dengan tuduhan penggunaan narkoba saat tiba di Bali," demikian laporan DW, mengutip pemberitaan The Harvard Crimson.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pilihan Redaksi
  • Arab Saudi Vonis Imam Masjidil Haram 10 Tahun Bui Gegara Khotbah
  • PM Finlandia Menangis Klarifikasi Foto Telanjang di Apartemennya
  • Media Harvard Pertanyakan Kematian Aktivis LGBT Peru di Bali

Petugas menemukan satu alat penggiling berisi bubuk hijau lumut, satu kemasan berisi dua tablet, dan pil bertuliskan "contain thcyl".

Selain itu, mereka juga menemukan satu bungkus kue brownies yang mengandung ganja dengan berat keseluruhan 231,65 gram.

Melalui pernyataan resmi, pihak keluarga mengatakan obat-obatan itu sebetulnya untuk keperluan medis karena Ventosilla mengalami gangguan mental.

Mengenai penangkapan itu, keluarga menuding polisi melakukan diskriminasi rasial dan transfobia. Mereka juga menyatakan polisi meminta uang hingga sekitar Rp2,9 miliar.

Sementara itu, media Malaysia, Malay Mail, menuliskan laporan yang menyebut polisi Indonesia membantah tuduhan tersebut.

Mereka menulis laporan berjudul "Polisi Indonesia bantah ada kekerasan dalam kematian aktivis gender Harvard saat akan bulan madu di Bali".

Dalam laporan itu, Kabid Humas Polda Bali, Stefanus Satake Bayu, mengatakan bahwa Ventosilla meninggal karena "kegagalan fungsi tubuh."

Namun, Stefanus tak memberikan komentar soal tuduhan transfobia atau diskriminasi rasial. Ia menegaskan bahwa tak ada kekerasan, dan kini kasus sudah ditutup.

Ia juga melontarkan pernyataan serupa kepada CNNIndonesia.com.

"Tidak benar dan tidak ada [penyiksaan]. Bapak Kapolda juga menyampaikan untuk menyampaikan ketidakbenaran itu," kata Stefanus.

Ia juga mengatakan telah mengirimkan surat kuasa kepada keluarga Ventosilla terkait kematian warga asing tersebut.

Selain itu, Stefanus juga menegaskan kepolisian telah menangani kasus aktivis gender itu sesuai prosedur.

Namun, pihak keluarga mengaku tak mengetahui penyebab pasti kematian Ventosilla.

Keluarga Ventosilla juga sudah menghubungi Kedutaan Besar Peru di Indonesia terkait kasus itu.

Namun, mereka mengatakan perwakilan Peru di RI tak memberikan dukungan hingga akhirnya Ventosilla meninggal.

"Tindakan kedutaan telat, lalai, dan menghalangi permintaan keluarga untuk membantu Rodrigo," demikian pernyataan resmi keluarga.

(isa/has)