warkoptoto3 login

keris4d login - Lengkap! Laba BRI, BCA, BNI, & Mandiri per Juli 2024: Siapa Terbesar?

2024-10-08 01:34:56

keris4d login,penyu 2d togel,keris4d login

Jakarta, CNBC Indonesia - Empat bank besar RI berhasil mencatatkan laba bersih belasan hingga puluhan triliun pada Juli 2024, ditopang momentum pertumbuhan penyaluran kredit yang masih terjaga ekspansif.

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mencatatkan laba bersih paling jumbo, mencapai Rp31,41 triliun di sepanjang tujuh bulan pertama tahun ini. Capaian tersebut tumbuh 1,79% yoy.

Melansir laporan keuangan BBRI, laba bersih 2024 mengalami tekanan dari beban bunga dan biaya provisi yang masih tinggi. Meski begitu, kredit yang disalurkan tetap tumbuh positif, 8,59% yoy menjadi Rp1.203 triliun.

Alhasil, pendapatan dari bunga juga meningkat 14,46% yoy menjadi Rp94,60 triliun, meskipun mendapat tekanan dari beban bunga yang melonjak 47,46% yoy menjadi Rp30,32 triliun.

Baca:
Top! BRI Jadi BUMN dengan Setoran Dividen Terbesar ke Negara

Berikutnya, ada PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan capaian laba bersih hingga Juli 2024 sebesar Rp 31,39 triliun hingga Juli 2024. Penyaluran kredit BBCA terpantau tetap kuat, dengan pertumbuhan 14,48% yoy menjadi Rp832,34 triliun.

Pertumbuhan kredit BCA melampaui rata-rata industri perbankan, yang tercatat tumbuh 12,40% pada Juli 2024, menurut data Bank Indonesia (BI). Dari kredit tersebut, BBCA meraih pendapatan bunga sebesar Rp 50,68 triliun selama tujuh bulan pertama tahun ini, meningkat 8,15% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 46,86 triliun.

Meski berada di tengah kenaikan suku bunga, BBCA masih mampu mengendalikan beban bunga yang hanya naik 5,35% (yoy) menjadi Rp 6,73 triliun per Juli 2024.

Sementara itu, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) membukukan laba bersih sebesar Rp 29,22 triliun hingga Juli 2024, tumbuh 6,52% (yoy). Laba bersih Bank Mandiri terutama didukung oleh kinerja kredit yang kuat, dengan peningkatan sebesar 23,40% (yoy) menjadi Rp 1.215,87 triliun pada Juli 2024.

Pendapatan bunga dari bisnis kredit mencapai Rp 63,04 triliun, naik 12,91%, meskipun pendapatan bunga bersih hanya tumbuh 4,10% menjadi Rp 43,14 triliun.

Baca:
BI Rate Sudah Dipangkas Jadi 6%, Bunga KPR Kapan Turun?

Terakhir, untuk PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) meraih laba bersih sebesar Rp 12,51 triliun hingga Juli 2024, meningkat 3,25% (yoy).

Berdasarkan laporan keuangan BNI, laba bersih tersebut didorong oleh pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) sebesar Rp 22,17 triliun, meskipun terjadi penurunan sebesar 8,12% pada Juli 2024 akibat beban bunga melonjak 31,42% menjadi Rp14,87 triliun.

Meski begitu, Pendapatan bunga BBNI naik tipis 4,51% menjadi Rp 37,05 triliun akibat penyaluran kredit yang tumbuh positif 11,1% yoy. Selain itu, ditambah pendapatan dari komisi meningkat 3,36%, mencapai Rp 6,01 triliun, dan ada efisiensi dari biaya provisi yang turun 27,42% menjadi Rp 3,85 triliun.

Berikut daftar perolehan laba bersih empat perbankan terbesar di RI per Juli 2023-2024 :

Secara total, empat bank terbesar di Indonesia berhasil membukukan total laba bersih sebesar Rp 104,6 triliun, mengalami peningkatan 6,3% dibandingkan tahun sebelumnya.

Keempat bank ini juga mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 14,5%, yang turut berkontribusi pada kenaikan pendapatan bunga bersih sebesar 3,2%. Penurunan biaya dana pada Juli 2024 mendukung peningkatan margin keuntungan tipis sebesar 5,38%.

Sementara itu, kondisi perbankan secara industri, mengutip data Statistik Perbankan Indonesia yang dilaporkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga Juli 2024, penyaluran kredit tumbuh 12,4% secara tahunan (yoy), mencapai Rp7.515 triliun.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menjelaskan bahwa kredit investasi menjadi pendorong utama pertumbuhan dengan kenaikan sebesar 15,2% yoy. Selain itu, kredit modal kerja naik 11,6% yoy, sedangkan kredit konsumsi tumbuh 10,98% yoy.

Baca:
Laba BNI (BBNI) Tembus Rp 12,5 T di Juli 2024, Ini Penopangnya

Pertumbuhan kredit ini didukung oleh penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yang mencapai Rp 8.687 triliun, meningkat 7,72% yoy. Namun, secara bulanan, DPK mengalami penurunan sebesar 0,4%.

Akibatnya, likuiditas perbankan mengalami sedikit pengetatan, dengan rasio kredit terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) meningkat dari 82,9% menjadi 86,51% secara tahunan.

Meski pertumbuhan DPK melambat, Dian menyatakan bahwa likuiditas perbankan masih dalam kondisi yang cukup memadai.

Rasio alat likuid terhadap non core deposit (AL/NCD) tercatat 109,20%, sementara rasio alat likuid terhadap DPK (AL/DPK) berada di angka 24,57%. Kedua rasio likuiditas ini mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu.

CNBC INDONESIA RESEARCH

(tsn/tsn) Saksikan video di bawah ini:

Prabowo: Hilirisasi Mutlak, Tidak Bisa Ditawar!

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">