Israeldiperkirakan telah mengeluarkan uang sebesar US$48 miliar atau setara Rp747 triliun, selama 49 hari agresi diJalur Gaza, Palestina. 

Laporan ini dikeluarkan oleh perusahaan konsultan keuangan Israel, Leader Capital Markets, pada Kamis (23/11).

Lihat Juga : Hari Pertama Gencatan Senjata, Warga Gaza Ramai-ramai Pulang ke Rumah

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dewan Ekonomi Nasional Israel memperkirakan kerugian akibat perang terhadap perekonomian Israel berpotensi mencapai 200 miliar shekel atau sekitar $54 miliar (setara Rp840 triliun)

Kementerian Keuangan Israel memperkirakan pada Oktober lalu, kerugian ekonomi akibat agresi mencapai $270 juta per hari (Rp4,2 triliun). Kementerian itu juga menyebut bahwa berakhirnya perang bukan berarti tidak ada lagi kerugian.

Sebelumnya Bloomberg melaporkan, angka-angka dari Leader Capital Markets menunjukkan bahwa pemerintah Israel kemungkinan perlu meminjam lagi untuk menghadapi konflik.

Badan tersebut mengutip Yali Rotenberg, kepala akuntan di Kementerian Keuangan Israel yang mengatakan, "Kami bergerak maju dengan skenario dasar yang menunjukkan pertempuran selama beberapa bulan, dan kami sedang membangun penyangga tambahan. Kita bisa membiayai negara."

Meskipun pemerintah menerbitkan obligasi internasional melalui penempatan swasta melalui bank-bank Wall Street, seperti Goldman Sachs, pemerintah bergantung pada pasar lokal untuk menyerap sebagian besar kebutuhan pembiayaannya.

Pada Jumat (24/11), Israel dan Hamas menyepakati gencatan senjata selama empat hari, sebagai imbalan pelepasan sandera di Gaza dan pembebasan tahanan dari penjara Israel. 

Selain pembebasan sandera dan tahanan, kesepakatan ini juga mencakup pengiriman ratusan truk bantuan kemanusiaan ke Gaza, dan penghentian pertempuran di semua wilayah di Gaza. 

Israel juga menyebut gencatan senjata ini bisa diperpanjang setiap satu hari, jika Hamas menambah 10 sandera yang dibebaskan setiap harinya. Saat ini diduga ada sekitar 239 sandera Hamas yang ditawan di Gaza.