warkoptoto3 login

erek mangga - Jogja Terancam Megathrust, BMKG Ungkap Bandara Lokasi Evakuasi Ideal

2024-10-09 22:22:50

erek mangga,1 st,erek manggaJakarta, CNN Indonesia--

Daerah Istimewa Yogyakarta, yang terkepung dua sumber gempa, yakni Sesar Opak dan megathrust, disebut berpotensi tsunami hingga 10 meter. Beberapa titik sudah disiapkan buat mengantisipasinya, termasuk Yogyakarta International Airport (YIA).

Zona megathrust merupakan area dengan dua lempeng tektonik bertabrakan yang salah satunya menyusup di bawah lempang lainnya dalam proses yang disebut subduksi.

Proses ini dapat menyebabkan penumpukan energi besar yang dapat terlepas secara tiba-tiba dalam bentuk gempa besar hingga memicu tsunami.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pertama, Sesar Opak di daratan DIY dengan potensi magnitudo 6,6. Kedua, sumber gempa subduksi lempeng atau megathrust di lautan dengan potensi magnitudo 8,7 di selatan Jawa yang masih terus aktif.

Menurut Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia Tahun 2017, di selatan DIY ada dua segmen megathrust yang berdekatan, yakni Segmen Megathrust Jawa Barat (magnitudo maksimum 8,8) dan segmen Jateng-Jatim (MMax 8,9)

Tak cuma gempa, Dwikorita menyatakan "ada potensi tsunami setinggi 8-10 meter yang bisa menerjang pantai Selatan Jawa."

Lihat Juga :
Jurus Lengkap Hadapi Ancaman Megathrust, Sebelum Hingga Sesudah Gempa

"Sesar Opak merupakan sumber gempa yang jalurnya terletak di daratan ini memang aktif dan belum berhenti aktivitasnya. Sedangkan di Samudra Hindia selatan Yogyakarta juga terdapat sumber gempa subduksi lempeng atau megathrust, yang juga masih sangat aktif," ungkap Dwikorita usai pembukaan ASEAN Regional Disaster Emergency Response Simulation Exercise (ARDEX) 2023 di Royal Ambarrukmo, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, tahun lalu.

Terbaru, segmen megathrust di dekat Jogja pecah pada Senin (26/8) pukul 19.57.42 WIB, dan memicu gempa dengan Magnitudo 5,5 mengguncang Gunungkidul, DIY, dan sekitarnya.

"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalamannya, gempa selatan Gn. Kidul M5,5 merupakan jenis gempa dangkal akibat deformasi batuan di bidang kontak antar lempeng (megathrust)," ujar Daryono, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, dalam unggahannya di X, Selasa (26/8) malam.

Lihat Juga :
Peringatan dari BMKG, Gempa di 2 Megathrust RI Tinggal Tunggu Waktu

Dwikorita pun mengingatkan soal pentingnya pelatihan mitigasi kebencanaan kepada masyarakat di DIY harus terus dilakukan secara berkelanjutan.

"Jadi tidak boleh berhenti upaya mitigasi dan pelatihan-pelatihan kepada masyarakat. Khususnya yang tinggal di wilayah pesisir karena ancaman tsunami juga menghantui selain gempa bumi," imbuh dia.

Lokasi evakuasi

Dwikorita, di sela-sela ajang Festival Aksi Iklim Generasi Muda Indonesia 2024, di kantor BMKG, Jakarta, Selasa (20/8), mengingatkan kembali soal bahaya megathrust di kota-kota pesisir, termasuk Yogyakarta.

"Yang penting lagi pemda diberi informasi zona-zona mana yang rawan, sehingga tata ruang harus disiapkan. Zona-zona rawan dekat laut dekat pantai mestinya ada sempadannya, dikosongkan. Bangunan-bangunan, itu tata ruang. Kalau terpaksa ada bangunan tinggi dan kokoh harus tahan gempa," ujarnya.

"Misalnya Yogyakarta International Airport, itu sudah disuapkan untuk menghadapi megathrust. Jadi dibangun insyaallah desainnya dirancang kuat gempa 8,5 Magnitudo-nya, itu megathrust," lanjut Dwikorita.

Ia juga menyebut bangunan ini punya ketinggian yang disiapkan buat mengantisipasi potensi gelombang tsunami.

"Elevasinya lebih tinggi dari elevasi tsunami, kan kurang lebih di sana itu sekian belas meter [potensi tsunaminya]."

"Kalau di Bandara YIA ada gempa ada tsunami, jangan keluar gedung, tempat paling aman di situ, tapi lari ke lantai mezzanine dan lantai 2, dan ada crisis center untuk masyarakat, mampu menampung 2.000 orang, bandaranya menampung 10 ribu orang," urai dia.

Dikutip dari situsnya, YIA "dibangun dengan kesiapan mitigasi bencana seperti likuefaksi, gempa bumi, tsunami, banjir, dan abu vulkanik."

Secara infrastruktur, YIA dirancang dan dibangun dengan ketahanan terhadap gempa 8,8 Magnitudo, dengan pusat gempa 400 meter dari bibir pantai, dan pondasi bangunan terminal menggunakan bored pile dengan kedalaman 26 meter.

Lihat Juga :
Ahli Ungkap Gempa Paling Mungkin Pecah di Megathrust Mentawai-Siberut

"Bangunan gedung terminal YIA adalah struktur bangunan skala mega pertama di Indonesia yang dirancang khusus untuk menghadapi guncangan akibat gempa besar 8.8 magnitudo di pertemuan lempeng Australia dan lempeng Asia," menurut YIA.

Untuk mitigasi tsunami, YIA dirancang untuk menghadapi gelombang dengan proyeksi ketinggian maksimum 12,8 MSL (Mean Sea Level).

Apabila terjadi tsunami, diproyeksikan akan membutuhkan waktu 35 menit untuk sampai ke Gedung Terminal.

Posisi runway bandara berada pada ketinggian 7,4 MSL (Mean Sea Level), lantai dasar terminal berada pada ketinggian 9,25 MSL, lantai mezzanine terminal berada pada ketinggian 15,25 MSL, lantai 2 Terminal berada pada ketinggian 21,25 MSL.

Peralatan utama mekanikal dan elektrikal berada di lantai mezzanine atau di elevasi +15 MSL, serta memiliki fasilitas Gedung Crisis Centre 4 lantai dengan luas bangunan 5284 meter persegi, sebagai tempat evakuasi yang mampu menampung 1.000 jiwa.

Dwikorita pun mengapresiasi mitigasi megathrust di DIY.

"Ini contoh Pemda DIY menyiapkan [mitigasi] itu. Nah pemerintah [daerah] lainnya diharapkan menyiapkan, dan tata ruang di sana dibatasi di pantai itu jangan tumbuh bangunan-bangunan," cetusnya.

"Kalau sampai muncul hotel, hotelnya harus siap menghadapi, diwajibkan mampu [menahan gempa hingga] 8,5 magnitudo. Diberitahu jangan dirahasiakan. jadi kalau memang terpaksa harus dibangun mampu 8,5 magnitudo, elevasinya harus lebih tinggi dari [potensi] tsunami," paparnya.

Lihat Juga :
Riwayat Gempa Megathrust Guncang RI, Termasuk Tsunami Aceh

Dwikorita menyebut selain DIY ada sejumlah pemda yang dinilai sudah bagus dalam hal mitigasi megathrust.

"Yang sudah bagus juga ada, tapi yang harus lebih siap masih cukup," kata dia. "Jogja, Bali, Sumbar, juga bagus."

Hanya saja, dia menyoroti pergantian pemerintahan di daerah yang kebijakannya, termasuk dalam hal mitigasi, kadang tak berlanjut. Contoh, saat gempa dan tsunami Sulawesi Tengah 2018.

"Begitu pemerintah daerahnya ganti, itu semua yang ada disiapkan tidak... dan terjadilah..," ucap Dwikorita.

[Gambas:Video CNN]

(tim/arh)